Kamis, 18 Maret 2010

Kelenjar Timus

LIMFOMA / KELENJAR TIMUS
Definisi dan Epidemiologi
Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah bening merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar di seluruh tubuh.
Jumlahnya kurang lebih sebanyak 600 buah. Secara umum, limfoma diklasifikaiskan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
• Limfoma Hodgkin : Pada limfoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang, maka akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B adalah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama penemu penyakit ini pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.
• Limfoma non-Hodgkin : Pada limfoma jenis ini penyakit berkembang dari limfosit (salah satu jenis sel darah putih). Pada keadaan normal limfosit akan mengalami suatu siklus. Limfosit yang tua akan mati dan tubuh membentuk limfosit yang baru. Pada limfoma non-Hodgkin tubuh membentuk limfosit yang abnormal yang akan terus membelah dan bertambah banyak dengan tidak terkontrol. Limfosit yang bertambah banyak ini akan memenuhi kelenjar getah bening dan menyebabkan pembesaran. Keganasan ini dapat timbul pada berbegai lokasi di tubuh. Umumnya akan timbul sel kanker di kelenjar getah bening, dan dapat menyebar ke organ limfatik lainnya, termasuk pembuluh limfe, tonsil, adenoid, limpa, kelenjar timus, dan sumsum tulang. Kadang-kadang limfoma non-Hodgkin melibatkan organ lain di luar sistem limfatik. Insiden limfoma non-Hodgkin secara global 7 kali lebih sering dibandingkan limfoma Hodgkin.
Insiden limfoma mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sekitar 53% dari keganasan darah yang terjadi tiap tahun adalah limfoma. Di Amerika Serikat angka kejadian limfoma sebanyak 71.380 orang pada tahun 2007 dan merupakan keganasan kelima terbanyak pada pria maupun wanita. Sekitar 12% dari seluruh limfoma adalah jenis limfoma Hodgkin, dan sisanya (sebagian besar) adalah limfoma non-Hodgkin.
Penyebab
Penyebab pasti limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin masih belum diketahui. Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
Gejala dan Tanda
Gejala umum penderita limfoma Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, dan selangkangan. Limfoma Hodgkin umumnya dimulai dari kelenjar getah bening bagian atas tubuh, seperti di leher, di atas tulang belikat, dada, atau di ketiak.
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Demam tinggi yang sering kambuh
- Keringat malam
- Rasa gatal yang berlebihan
- Penurunan berat badan
- Beberapa gejala yang dirasakan mirip seperti sakit flu, yaitu demam, pusing, dan keringat malam.
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
Diagnosis
• Limfoma Hodgkin. Sebagian orang penderita penyakit ini mungkin tidak menyadari bahwa dirinya menderita limfoma Hodgkin. Penyakit ini kadang ditemukan dari adanya temuan pada pemeriksaan rontgen dada untuk indikasi lain. Diagnosis ditegakkan dari biopsi kelenjar getah bening yang membesar. Jika hasil biopsi ditemukan perubahan bentuk kelenjar getah bening dan adanya sel Reed-Sternberg, maka hal tersebut memastikan diagnosis. Pemeriksaan penunjang lainnya yang mungkin dibutuhkan untuk diganosis maupun untuk melihat perluasan/keterlibatan organ lain adalah : rontgten, CT-scan, MRI, Gallium scan, PET scan, biopsi sumsum tulang, dan pemeriksaan darah.
Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :
- Stadium I : Kanker hanya terbatas pada satu daerah kelenjar getah bening saja atau pada satu organ
- Stadium II : Pada stadium ini, sudah melibatkan dua kelenjar getah bening yang berbeda, namun masih terbatas dalam satu wilayah atas atau bawah diafragma tubuh
- Stadium III : Jika kanker telah bergerak ke kelenjar getah bening atas dan juga bawah diafragma, namun belum menyebar dari kelenjar getah bening ke organ lainnya.
- Stadium IV : Merupakan stadium yang paling lanjut. Pada stadium iniyang terkena bukan hanya kelenjar getah bening, tapi juga bagian tubuh lainnya, seperti sumsum tulang atau hati.
Limfoma Hodgkin juga dikategorikan menjadi ”A” atau ”B”
- A : Jika pasien tidak mengalami gejala demam, banyak berkeringat, ataupun menurunnya berat badan
- B : Jika pasien mengalami gejala demam, banyak berkeirngat, ataupun menurunnya berat badan.
• Limfoma Non-Hodgkin. Dari pemeriksaan fisik, dokter akan menemukan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk melihat kemungkinan penyakit infeksi (juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening). Diagnosis dibuktikan dengan biposi kelenjar getah bening yang membesar. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah rontgen, CT-scan, PET-scan, dan biopsi sumsum tulang mungkin diperlukan untuk melihat apakah penyakit ini telah menyebar ke sumsum tulang. Limfoma non-Hodgkin terdiri dari 30 tipe. Pemeriksaan laboratorium immunophenotyping dapat membedakan limfoma non-Hodgkin jenis sel B atau sel T.
Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :
- Stadium I : Limfoma hany melibatkan satu daerah kelenjar getah bening saja.
- Stadium II : Limfome melibatkan 2 atau 3 kelenjar getah bening setempat yang berdekatan.
- Stadium III : Limfoma melibatkan beberapa daerah kelenjar getah bening di leher, dada, dan abdomen.
- Stadium IV : limfoma menyebar di kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya, seperti paru, liver, atau tulang.
Terapi
Limfoma ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi dan mungkin dirujuk ke dokter spesialis lainnya jika dibutuhkan.
• Limfoma Hodgkin. Terapi penyakit ini tergantung beberapa faktor, seperti stadium penyakit, jumlah dan daerah mana saja kelenjar getah bening yang terlibat, usia, gejala yang dirasakan, hamil/tidak, dan status kesehatan secara umum. Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin dan mencapai remisi. Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% pasien limfoma Hodgkin stadium I atau II dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka angka ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah :
§ Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area tubuh tertentu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal, namun umumnya diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah radiasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan kemoterapi. Beberapa jenis terapi radiasi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker yang lain, seperti kanker payudara atau kanker paru, terutama jika pasien berusia < 30 tahun. Umumnya pasien anak diterpai dengan kemoterapi kombinasi, tapi mungkin juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
§ Kemoterapi. Jika penyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan kelenjar getah bening yang lebih banyak atau organ lainnya, maka kemoterapi menjadi pilihan utama. Regimen kemoterapi yang umum diberikan adalah ABVD, BEACOPP, COPP, Stanford V, dan MOPP. Regimen MOPP (terdiri dari mechlorethamine, Oncovin, procarazine, dan prednisone) merupakan regimen standar, namun bersifat sangat toksik, sedangkan regimen ABVD (terdiri dari doxorubicin/Adriamycin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine) merupakan regimen yang lebih baru dengan efek samping yang lebih sedikit dan merupakan regimen pilihan saat ini. Kemoterapi diberikan dalam beberapa siklus, umumnya sela beberapa minggu. Lamanya kemoterapi diberikan sekitar 6-10 bulan.
§ Transplantasi sumsum tulang. Jika penyakit kembali kambuh setelah remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer autologus (dari diri sendiri) dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit. Karena kemoterapi dosis tinggi akan merusak sumsum tulang, maka sebelumnya dikumpulkan dulu sel induk darah perifer atau sumsum tulang.
• Limfoma non-Hodgkin. Seperti pada limfoma Hodgkin, terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status kesehatan secara umum. Pilhan terapinya yaitu :
§ Kemoterapi. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-tinggi dan pada stadium lanjut.
§ Radiasi.Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang dikombinasikan dengan kemoterapi pada limfoma dengan derajat keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu, seperti di otak.
§ Transplantasi sel induk.Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis tinggi, yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil.
§ Observasi. Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbuh lambat dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama satu tahun atau lebih.
§ Terapi biologi.Satu-satunya terapi biologi yang diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat saat ini adalah rituximab. Rituximab merupakan suatu antibody monoclonal yang membantu system imun mengenali dan menghancurkan sel kanker. Umumnya diberikan secara kombinasi dengan kemoterapi atau dalam radioimunoterapi.
§ Radioimunoterapi.Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-Hodgkin. Obat yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunoterapi adalah ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibody monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan menempel pada sel kanker dan radiasi akan mengahancurkan sel kanker.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Penyebab limfoma tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor risiko terkait timbulnya penyakit limfoma, yaitu :
• Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.
• Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya petani.
• Infeksi virus Epstein-Barr
Faktor risiko limfoma Hodgkin :
- Usia. Usia terbanyak ditemukan limfoma Hodgkin adalah antara 15 – 40 tahun, dan > 55 tahun.
- Ada keluarga yang menderita penyakit ini
- Jenis kelamin laki-laki
- Infeksi virus Epstein-Barr atau human T-cell lymphocytotropic virus (HTLV). HTLV menyebabkan limfoma sel T (T-cell lymphoma).
- Sistem kekebalan tubuh yang menurun, seperti pada penderita HIV/AIDS atau yang mendapat terapi imunosupresan.
Faktor risiko limfoma non-Hodgkin :
- Usia. Limfoma non-Hodgkin bisa terjadi pada usia berapa saja, namun tersering ditemukan pada usia 60-an.
- Sistem pertahanan tubuh yang menurun (imunosupresan), seperti yang telah menjalani transplantasi organ.
- Infeksi. Infeksi yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit ini adalah infeksi HIV. Infeksi malaria dan virus Epstein-Barr berhubungan dengan peningkatan risiko timbulnya limfoma jenis Burkitt. Selain itu, infeksi Helicobacter pylori juga dapat meningkatkan risiko peyakit ini.
- Bahan kimia seperti pestisida atau herbsida.

Sumber :
1. Norton Healthcare.Lymphoma Cancer Prevention.www.
2. Leukemia and Lymphoma Society.Lymphoma.2007.www.leukemia-lymphoma.org
3. Mayo Clinic.Hodgkin;s Disease.2007.www.mayoclinic.com
4. Mayo Clinic.Non-Hodgkin Lymphoma
5. The Leukemia and Lymphoma Society.The Lymphomas: A Guide for Patients and Caregivers.www.LLS.org
Penulis HSD



Mengkudu Melawan Tumor dan Kanker
Sebuah makalah menarik yang dihadirkan pada pertemuan tahunan American Association fin. Cancer Research ke-83 di San Diego, California, tahun 1992 adalah “Aktivitas Anti-tumor Morinda citrifolia pada Lewis Lung Carcinoma yang Disuntikkan pada Tikus.” Dalam penelitian ini, tikus-tikus percobaan diberi suntikan Lewis Lung Carcinoma aktif (sejenis kanker). Semua tikus yang tidak mendapatkan perawatan dengan Mengkudu mati dalam 9-12 hari akibat kanker. Sedangkan tikus-tikus yang mendapat perawatan dengan Mengkudu mampu bertahan hidup 105 persen hingga 123 persen lebih lama (40 persen dari tikus-tikus percobaan tersebut hidup hingga 50 hari atau lebih). Studi ini diulangi beberapa kali dan setiap kali Mengkudu terbukti secara signifikan memperpanjang umur-umur tikus yang terkena kanker dibanding dengan tikus-tikus yang tidak dirawat dengan Mengkudu. Singkatnya, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Mengkudu dapat menghambat pertumbuhan tumor.
Setahun kemudian jurnal Cancer Letters (vol.3, tahun 1993) melaporkan penemuan zat anti kanker/damnacanthal dalam ekstrak Mengkudu yang mampu menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Ada beberapa kasus pasien kanker yang mengkonsumsi sari buah Mengkudu dan menjadi sembuh, antara lain kasus pasien Dr. Harrison (D.C. General Hospital), yang menderita kanker hati dan pemhengkakan perut yang disebabkan oleh cairan yang berlebihan. Selama 7 hari mengkonsumsi sari Mengkudu, bengkak pada perutnya berkurang secara nyata. Pengujian haru terhadap cairan perutnya menunjukkan bahwa sel-sel kanker tersebut telah lenyap.
Menurut Dr. Judah Folkman dari Harvard University, Mengkudu bekerja sinergis dengan mikronutrien lain dalam menghamhat aliran darah yang menuju ke sel-sel tumor. Mekanismenya hampir sama dengan minyak squalen (dari hati ikan hiu) yang mengontrol pertumbuhan tumor otak dan memperpanjang usia tikus eksperimen dengan merusak alat-alat peredaran yang mensuplai darah menuju ke sel-sel tumor.


TANAMAN KELADI TIKUS
Selama ini kanker masih menjadi istilah medis yg menakutkan bagi sebagian orang namun saat ini kanker bukanlah penyakit tanpa obat. Seperti hal penyakit berat lain bukan berarti ‘tak ada obatnya’ tetapi ‘belum ditemukan’. Setiap penyakit (akan) ada obat ini suatu keniscayaan yg harus kita yakini. Sementara perihal kesempatan mendapatkan obat ini adl bergantung kepada usaha dan kehendak yg Maha Kuasa. Sementara Tuhan tak pernah berbuat dzolim pada hamba-hamba-Nya.
Kanker merupakan penyakit mematikan kedua setelah jantung. Kanker merupakan sel tak normal yg bercokol dalam tubuh. Pertumbuhan selain cepat juga tak segan menyakiti jaringan lain atau bersifat invasif dan beranak sebar (metastasis) melalui pembuluh darah serta pembuluh getah bening.Dengan berbagai pengalaman dan penelitian mengenai keladi tikus sebagai alternatif pengobatan kanker tak pelak lagi keladi tikus langsung muncul dalam jajaran tanaman berkhasiat obat di negara kita. Literatur tanaman ini masih sebatas hasil dari malaysia dan penelitian lbh lanjut masih terus dilakukan. Meskipun tak bisa diklaim sebagai obat dewa kehadiran telah banyak memberikan banyak arti bagi penderita kanker.
Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme) adl tanaman sejenis talas setinggi 25 cm hingga 30 cm termasuk tumbuhan semak menyukai tempat yg lembab yg tak terkena matahari langsung. Tanaman berbatang basah ini biasa tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Bentuk daun bulat dgn ujung runcing berbentuk jantung. Warna hijau segar. Umbi berbentuk bulat rata sebesar buah pala.
Hasil Uji Empirik keladi tikus
Dari uji empirik (berdasarkan pengalaman) pengobatan kanker beberapa jenis kanker yg mampu disembuhkan dgn menggunakan keladi tikus diantara : kanker payudara kanker testis kanker prostat kanker usus besar kanker tulang kanker paru-paru dan kanker hati.
Keladi tikus sebagai tanaman obat dapat digunakan keseluruhan mulai dari akar umbi juga daunnya. Penggunaan yg paling umum adl dgn mengonsumsi seluruh bagian tanaman dalam bentuk jus segar dan segera diminum setelah diolah. Hal ini dimaksudkan utk sedapat mungkin mempertahankan khasiatnya.
Jus keladi tikus dapat dgn mudah dibuat sendiri sebanyak 3 herba keladi tikus dgn bobot sekitar 50g dicuci dan dibersihkan lalu direndap dalam air matang yg telah didinginkan selama sekitar 30 menit. Kemudian ditumbuk dgn alat penumbuk obat (mortar-stamfor) lalu peras dgn kain penyaring dan langsung diminum. Dosis yg dianjurkan adl 1-3 kali sehari 1 jam sebelum makan utk terapi. Bagi yg memiliki masalah lambung dianjurkan diminum setelah makan. Apabila setelah meminum tenggorokan terasa gatal dapat diatasi dgn meminum air gula/madu. Walaupun akan hilang dgn sendiri setelah beberapa saat demikian menurut Dr. Henry Nalan (ahli bedah tumor). Menurut Yellia Mangan (herbalis) keladi tikus membantu sekali melawan kanker. Fungsi sebagai pencegah timbul kanker setelah dioperasi bisa diandalkan. Di samping itu fungsi lain adl sebagai penghilang efek buruk kemoterapi. Mereka yg mengonsumsi keladi tikus secara teratur terbukti sesudah menjalani kemoterapi akan mendapatkan nafsu makan kembali rambut tak mudah rontok dan rasa sakit di badan berkurang.
Tanaman ini pertama kali di diriset sebagai tanaman obat oleh ahli dari Malayia Prof Dr.Chris K.H.Teo Dip Agric (M) BSc Agric (Hons)(M) MS PhD yg juga pendiri Cancer Care Penang Malaysia. Sejak tahun 1995 Prof. Chris Teo meneliti tanaman ini hasil menunjukan Ekstrak Typhonium Flageffiforme dan campuran bahan alami lain membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini akan semakin baik bila diberikan bersama-sama dgn bahan herba lain seperti sambiloto temu putih dan rumput mutiara. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP) zat antioksidan dan zat antikurkumin. Kombinasi ketiga zat dalam campuran ramuan tersebut memproduksi mediator yg menstimulasi penguatan sel dalam sistem kekebalan tubuh utk memberantas sel kanker.
Keladi tikus juga mampu menekan efek negatif dari proses pengobatan modern (kemoterapi) seperti rambut rontok nafsu makan hilang rasa mual dan rasa nyeri di tubuh. Di Amerika Serikat tepat di Cancer Institute of New Jersey sebuah tim yg dipimpin oleh Dr. Khaw Voon Chin Associate Professor of Medicine and Pharmacology melakukan penelitian dan membuktikan bahwa ekstrak keladi tikus efektif berfungsi sebagai anti-tumor dan anti virus.
Di Cina tanaman ini di teliti oleh Zhong Z Zhou G Chen X dan Huang P dari Guangxi Institute of Traditional Medical and Pharmaceutical Sciences Nanning. Penelitian ini dilakukan utk mengetahui efek farmakologisnya. Diketahui bahwa ekstrak air dan alkohol dari Typhonium flagelliforme mempunyai efek mencegah batuk menghilangkan dahak analgesik bersifat sedatif dan antiinflamasi dan bersifat sedatif. Pada konsentrasi 720 g/kg ekstrak air 900 g/kg ekstrak alkohol dan 3240 g/kg ekstrak ester tanaman ini dapat meracuni tubuh.
Lain lagi menurut Choo CY Chan KL Takeya K dan Itokawa H. dari School of Pharmaceutical Sciences University Sains Malaysia ekstrak Typhonium flagelliforme memang mengandung zat anti kanker namun konsentrasi lemah. Hasil penelitian ini pernah di publikasikan di jurnal kesehatan Phytotheraphy Research pada Mei 2001: 15 (3) : 260-2
Tumbuhan Keladi Tikus mempunyai nama latin Thyponium flagelliforme (Lodd). Termasuk kedalam famili tumbuhan Araceae. Tumbuhan yg punya nama asing Rodent Tuber ini telah digunakan oleh penduduk negeri tetangga kita Malaysia sebagai obat penyakit kanker.Hasil penelitian dari berbagai lembaga & perguruan tinggi di Malaysia dan beberapa negara menunjukkan bahwa sari tanaman (juice) ini dapat menghancurkan sel kanker. Secara umum hasil penelitian menunjukkan efek membunuh/menghambat pertumbuhan sel kanker menghilangkan efek buruk kemoterapi dan bersifat antivirus & anti bakteri.
Kandungan kimiawi tanaman ini belum banyak diketahui atau belum dipublikasikan. Namun berdasarkan literatur yg mencatat hasil penelitian dan pengalaman secara turun temurun dari berbagai negara dan daerah tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara paru-paru usus besar rectum lever prostat ginjal leher rahim tenggorokan tulang otak limpa leukimia empedu dan pankreas. Selain itu berdasarkan informasi pengalaman dari pemakaian herbal ini bisa digunakan utk menetralisir racun narkoba. Lebih lengkap http://keladitikus.com



TANAMAN ANTI KANKER
Pakar obat tradisional, Prof. Hembing Wijayakusuma menyebutkan,lebih dari 40 ribu jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dari jumlah itu, baru 460 jenis yang bisa dipakai, termasuk tanaman penyembuh berbagai jenis kanker.
Berbagai jenis tanaman anti kanker menurut Hembing, diantaranya temu putih (Curcuma zedoaria), keladi tikus (Typhonium flageliforme), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), tapak dara (Catharanthus rosens), cakar ayam (Selaginella corymbosa), rumput bamboo (Loathatreum gracies), jombang (Taraxacum mongolicum), buah makasar (Brucca javanica), bawang putih (Allium sativum), gaung china (Smilax china), bunga matahari (Helianthus annus), leunca (Solanum nigrum), jali (Coix Lachryma-jobi), bamboo tali (Asparagus cochinchinensis),dan lain-lain.
Selama ini, masyarakat masih sering memiliki kesalahan persepsi dalam menilai khasiat tanaman tradisioanal. Diantara pengguna tanaman tradisional asih ada yang menganggap dengan mengkonsumsi obat tradisional, maka penyakitnya akan cepat sembuh sebagaimana mengkonsumsi obat moderen. Padahal, sifat obat tradisional secara perlahan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak (termasuk akibat kanker), yang pada saatnya nanti sel itu bisa berfungsi normal kembali. Atau dengan kata lain, penyakit itu dapat tersembuhkan, tetapi secara perlahan. Karena itu hendaknya pengguna obat tradisional harus sabar.
Perlu diingat pula, mengkonsumsi obat tradisional juga ada dosisnya. Bila dosis terlalu kecil, penyakit akan lama sembuh, sebaliknya jika terlalu besar, dapat membahayakan tubuh. Tanaman obat juga ada yang beracun sehingga ada tanaman yang hanya bisa dikonsumsi bagian tertentu saja (misalnya hanya daun, akar atau batangnya saja). Tetapi ada pula tanaman yang harus direbus semua bagiannya. Untuk itu, masyarakat Indonesia masih perlu banyak belajar.
Sebagai contoh, untuk meredam pertumbuhan sel kanker, dosis temu putih yang mengandung curcumin dan Ribosome in Activating Proteiu adalah sebagai berikut:
20 gram temu putih dicuci lalu direbus dengan 600cc air hingga tersisa 300cc, lalu disaring dan diminum airnya.
Sedangkan keladi tikus bisa untuk membersihkan darah, dosisnya:
50 gram keladi tikus segar ditumbuk, lalu ditambahkan 2 sendok makan air matang. Peras dan saring, lalu diminum airnya 3 kali sehari. Untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan, bisa ditambah madu secukupnya.
Demikian beberapa contoh tanaman tradisional yang berkhasiat menyembuhkan kanker.


Beberapa tahun yang lalu beredar kabar heboh di dunia maya. Diberitakan seorang pasien penderita kanker payudara stadium lanjut dapat melewati kemoterapi tanpa efek yang menyiksanya dan dinyatakan sembuh setelah mengkonsumsi keladi tikus (typhonium flagelliforme)

Keladi tikus sebelumnya memang belum setenar herba lainnya seperi sambiloto, temu putih, temu lawak, dan mengkudu. Nama keladi tikus diambil dari nama asing Rodent Tuber (laoshu yu) yang lebih dulu terkenal di Malaysia.

Tanaman semak sejenis talas ini tingginya hanya 25 cm -30 cm. Ia menyukai tempat lembab & tidak terkena matahari langsung pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Daun tunggalnya berbentuk bulat dengan ujung meruncing seperti jantung, muncul dari umbi dan berwarna hijau segar. Mahkota bunganya berbentuk panjang kecil berwarna putih mirip dengan ekor tikus, dari sinilah nama keladi-tikus diberikan.



Hingga saat ini belum banyak peneliti yang mengungkap khasiat keladi-tikus terutama untuk penyakit kanker. Prof Dr Chris K.H. Teo, Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia meneliti tanaman ini, hasilnya ekstrak dari akar keladi-tikus efektif untuk kanker prostat. Selain itu Lam Siew Hong peneliti dari USM menyebutkan bahwa terjadi peningkatkan aktivitas antibakteri dalam darah ikan lele.

Keladi tikus mengandung antineoplastik atau antikanker selain juga bisa berkhasiat sebagai antivirus. Efek farmakologi inilah yang menjadi obat utama untuk mengatasi kanker stadium lanjut. Bagian yang digunakan untuk pengobatan adalah keseluruhan dari tanaman tersebut. Mulai dari akar (umbi), batang, daun hingga bunga. Tentu saja, efek tersebut akan bertambah baik bila diberikan bersama-sama dengan tanaman lainnya, seperti sambiloto, rumput mutiara dan temu putih.

Ekstrak typhonium flageffiforme clan bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurkumin. RIP berfungsi menonaktifkan perkembangan sel kanker, merontokkan sel kanker tanpa merusak jaringan sekitarnya dan memblokir pertumbuhan sel kanker. Zat antioksidan berfungsi mencegah terjadinya kerusakan gen. Sementara zat antikurkumin berfungsi sebagai antiinflamasi/antiperadangan. Kombinasi bahan alami ini mengaktivasi dengan memproduksi mediator yang menstimulasi untuk menguatkan sel dari sistem kekebalan tubuh untuk bersamasama memberantas sel kanker. Di Cina tanaman ini di teliti oleh Zhong Z, Zhou G, Chen X, dan Huang P dari Guangxi Institute of Traditional Medical and Pharmaceutical Sciences, Nanning. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui efek farmakologis dari typhonium flagelliforme. Diketahui bahwa ekstrak air dan alkohol dari typhonium flagelliforme mempunyai efek mencegah batuk, menghilangkan dahak, antiasmatik, analgesik, antiinflamasi, dan bersifat sedatif. Pada konsentrasi 720 g/kg ekstrak air, 900 g/kg ekstrak alkohol dan 3240 g/kg ekstrak ester tanaman ini dapat meracuni tubuh. MenurutAngela Riwu Kaho PhD, Ahli Kimia Natural peniliti zat anti tumor dari Ohio State University, ekstrak typhonium flagelliforme memang mengandung zat anti kanker namun konsentrasinya lemah. Mengenai hasil penelitiannya pernah di publikasikan dalam jurnal Phytotheraphy Research pada bulan Mei 2001. Namun demikian ia juga tidak memungkiri ada pasien yang sembuh dengan mengonsumsi ramuan ini.

article: Keladi Tikus (Typhonium Flagelliforme)
Compile by: www.cancerhelps.com

Selama ini kanker masih menjadi istilah medis yang menakutkan bagi sebagian orang, namun saat ini kanker bukanlah penyakit tanpa obat. Seperti halnya penyakit berat lainnya, bukan berarti ‘tidak ada obatnya’, tetapi ‘belum ditemukan’. Setiap penyakit (akan) ada obatnya, ini suatu keniscayaan yang harus kita yakini. Sementara perihal kesempatan mendapatkan obat ini, adalah bergantung kepada usaha dan kehendak yang Maha Kuasa. Sementara Tuhan tidak pernah berbuat dzolim pada hamba-hamba-Nya.
Kanker merupakan penyakit mematikan kedua setelah jantung. Kanker merupakan sel tidak normal yang bercokol dalam tubuh. Pertumbuhannya selain cepat juga tidak segan menyakiti jaringan lain, atau bersifat invasif, dan beranak sebar (metastasis) melalui pembuluh darah serta pembuluh getah bening.
Dengan berbagai pengalaman dan penelitian mengenai keladi tikus sebagai alternatif pengobatan kanker, tak pelak lagi keladi tikus langsung muncul dalam jajaran tanaman berkhasiat obat di negara kita. Literatur tanaman ini masih sebatas hasil dari malaysia dan penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan. Meskipun tidak bisa diklaim sebagai obat dewa, kehadirannya telah banyak memberikan banyak arti bagi penderita kanker.
Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme) adalah tanaman sejenis talas setinggi 25 cm hingga 30 cm, termasuk tumbuhan semak, menyukai tempat yang lembab yang tidak terkena matahari langsung. Tanaman berbatang basah ini biasanya tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Bentuk daunnya bulat dengan ujung runcing berbentuk jantung. Warnanya hijau segar. Umbinya berbentuk bulat rata sebesar buah pala.
Hasil Uji Empirik
Dari uji empirik (berdasarkan pengalaman) pengobatan kanker, beberapa jenis kanker yang mampu disembuhkan dengan menggunakan keladi tikus diantaranya : kanker payudara, kanker testis, kanker prostat, kanker usus besar, kanker tulang, kanker paru-paru dan kanker hati.
Keladi tikus sebagai tanaman obat dapat digunakan keseluruhannya, mulai dari akar, umbi, juga daunnya. Penggunaan yang paling umum adalah dengan mengonsumsi seluruh bagian tanaman dalam bentuk jus segar dan segera diminum setelah diolah. Hal ini dimaksudkan untuk sedapat mungkin mempertahankan khasiatnya.
Jus keladi tikus dapat dengan mudah dibuat sendiri, sebanyak 3 herba keladi tikus dengan bobot sekitar 50g dicuci dan dibersihkan lalu direndap dalam air matang yang telah didinginkan selama sekitar 30 menit. Kemudian ditumbuk dengan alat penumbuk obat (mortar-stamfor) lalu peras dengan kain penyaring dan langsung diminum. Dosis yang dianjurkan adalah 1-3 kali sehari, 1 jam sebelum makan, untuk terapi. Bagi yang memiliki masalah lambung, dianjurkan diminum setelah makan. Apabila setelah meminumnya tenggorokan terasa gatal, dapat diatasi dengan meminum air gula/madu. Walaupun akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat, demikian menurut Dr. Henry Nalan (ahli bedah tumor).
Menurut Yellia Mangan (herbalis), keladi tikus membantu sekali melawan kanker. Fungsinya sebagai pencegah timbulnya kanker setelah dioperasi bisa diandalkan. Di samping itu, fungsi lainnya adalah sebagai penghilang efek buruk kemoterapi. Mereka yang mengonsumsi keladi tikus secara teratur terbukti sesudah menjalani kemoterapi akan mendapatkan nafsu makannya kembali, rambut tidak mudah rontok dan rasa sakit di badan berkurang.
Hasil Riset
Tanaman ini pertama kali di diriset sebagai tanaman obat oleh ahli dari Malayia, Prof Dr.Chris K.H.Teo, Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD yang juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Sejak tahun 1995 Prof. Chris Teo meneliti tanaman ini, hasilnya menunjukan Ekstrak Typhonium Flageffiforme dan campuran bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini akan semakin baik bila diberikan bersama-sama dengan bahan herba lain, seperti sambiloto, temu putih dan rumput mutiara. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurkumin. Kombinasi ketiga zat dalam campuran ramuan tersebut memproduksi mediator yang menstimulasi penguatan sel dalam sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel kanker.
Keladi tikus juga mampu menekan efek negatif dari proses pengobatan modern (kemoterapi), seperti rambut rontok, nafsu makan hilang, rasa mual dan rasa nyeri di tubuh. Di Amerika Serikat, tepatnya di Cancer Institute of New Jersey, sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. Khaw Voon Chin, Associate Professor of Medicine and Pharmacology, melakukan penelitian dan membuktikan bahwa ekstrak keladi tikus efektif berfungsi sebagai anti-tumor dan anti virus.
Di Cina tanaman ini di teliti oleh Zhong Z, Zhou G, Chen X, dan Huang P dari Guangxi Institute of Traditional Medical and Pharmaceutical Sciences, Nanning. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek farmakologisnya. Diketahui bahwa ekstrak air dan alkohol dari Typhonium flagelliforme mempunyai efek mencegah batuk, menghilangkan dahak, analgesik, bersifat sedatif dan antiinflamasi, dan bersifat sedatif. Pada konsentrasi 720 g/kg ekstrak air, 900 g/kg ekstrak alkohol dan 3240 g/kg ekstrak ester tanaman ini dapat meracuni tubuh.
Lain lagi menurut Choo CY, Chan KL, Takeya K, dan Itokawa H. dari
School of Pharmaceutical Sciences, University Sains Malaysia, ekstrak Typhonium flagelliforme memang mengandung zat anti kanker namun konsentrasinya lemah. Hasil penelitiannya ini pernah di publikasikan di jurnal kesehatan Phytotheraphy Research pada Mei 2001: 15 (3) : 260-2.